√[Kumpulan] Contoh Cerpen Pendidikan Singkat yang Penuh Makna ~ Keminjal
Diantara sekian banyak situs di internet yang membahas mengenai [Kumpulan] Contoh Cerpen Pendidikan Singkat yang Penuh Makna, tapi mengapa Anda memilih untuk mengunjungi situs ini? Tentunya hal tersebut bukan tanpa alasan bukan? Dan yang tahu jawaban dari pertanyaan diatas adalah Anda sendiri bukan? hehehe, Oke tanpa berpanjang kata, yuk langsung disimak saja ulasan lengkap [Kumpulan] Contoh Cerpen Pendidikan Singkat yang Penuh Makna dibawah ini.
Ulasan Lengkap [Kumpulan] Contoh Cerpen Pendidikan Singkat yang Penuh Makna
Saat ini sudah ada banyak contoh cerpen pendidikan yang dikemas dengan alur cerita yang menarik dan tidak membosankan. Umumnya, cerpen pendidikan seperti ini akan mengandung nilai-nilai budi pekerti dan nasihat yang berisi tentang mengejar cita-cita setinggi langit.
Ketika sedang membuat contoh cerpen pendidikan, seorang pengarang harus bisa menyampaikan narasi yang tepat, agar cerita tersebut bisa terlihat semakin menarik. Dengan begitu, fungsi dan pesan dari cerpen tersebut pun bisa terlihat secara lebih tepat. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa contoh cerpen pendidikan nya:
Kumpulan Contoh Cerpen Pendidikan Terbaru
Tekad yang Kuat untuk Belajar
Ada seorang mahasiswa yang bernama Andre Agung Ibrahim, dan dia sering dipanggil dengan nama Agung di kampusnya. Saat ini, Agung sedang menghabiskan waktu kuliah di salah satu universitas swasta yang ada di Depok, dengan mengambil jurusan Sistem Komputer.
Pada suatu ketika, tepat di hari Jum’at, Agung hendak menuju ke Lab Robotika untuk menguji alat yang sudah berhasil dibuatnya. Namun tidak ada yang menyangka, sesampainya Agung di tempat tersebut, Agung dipertemukan dengan dosennya di semester 6 lalu.
Nama dari dosen tersebut adalah Pak Dimas. Beliau mengajar mata kuliah Matematika Diskrit di masa semester 6 lalu.
Dari dulu hingga sekarang, Agung selalu menghormati Pak Dimas, karena beliau termasuk salah satu dosen senior yang ada di kampusnya tersebut. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan mengingat di usianya yang sudah menginjak 70 tahun, beliau tetap masih terlihat bugar dan semangat mengajar.
Bahkan, sering kali beliau tiba terlebih dahulu di kelas, dan menunggu hingga murid-muridnya tiba juga di kelas tersebut.
Kembali ke pertemuan Agung dan Pak Dimas di Lab Robotika, pada saat Agung sedang membuat data pengamatan, Agung tidak bisa berhenti memandangi Pak Dimas yang sedang serius mengerjakan suatu hal yang ada di depannya.
Dengan keberanian yang sudah Agung kumpulkan, akhirnya dia memberanikan diri untuk mendekati dosennya tersebut, lalu Agung berkata, “Pak, sudah sore begini, apa yang sedang bapak kerjakan?” Agung bertanya dengan wajah yang penuh rasa ingin tahu.
Mendengar pertanyaan yang datang dari salah satu mahasiswanya tersebut, Pak Dimas langsung menjawab, “Oh ini, saya sedang melakukan riset alat yang selama ini saya kembangkan untuk pentas robot beberapa hari ke depan. Makanya bapak ke Lab agar bisa diajarin oleh Pak Saiful”
Agung juga mengenal Pak Saiful dengan baik, karena beliau adalah kepala Lab Robotika di kampusnya itu, dan saat ini beliau juga sudah menjabat sebagai kepala jurusan Sistem Komputer.
“Lo, bapak seharusnya tidak perlu repot-repot datang ke sini kan, biar mahasiswa bapak saja yang menggantikan bapak untuk datang ke sini.” Ujar Agung.
Kendati demikian, jawaban dari Pak Dimas semakin membuat kekaguman Agung bertambah. “Bukan begitu, Nak. Saya sendiri dari dulu sudah ingin belajar mengenai sistem gerak pada robot seperti ini, nah kebetulan sekarang Pak Saiful lagi ada waktu luang disini.” Jawab Pak Dimas.
Mendengar jawaban yang sangat menyimpulkan keinginan Pak Dimas untuk belajar masih tinggi seperti ini, membuat Agung tidak bisa berkata apa-apa lagi. Karena Agung merasa kagum dengan keinginan belajar Pak Dimas yang masih sangat tinggi meski usianya sudah menginjak 70 tahun.
Baca: Struktur Cerpen
Jujur Membawa Kebahagiaan
Pada suatu hari, aku tiba-tiba teringat akan kejadian ketika aku masih duduk di bangku SMP. Pada saat itu, aku baru menyadari akan arti kejujuran yang sebenarnya. Sebab, di bangku SMP tersebut akhirnya aku dihadapkan dengan situasi dimana harus memilih untuk berbohong atau jujur.
Singkat cerita, pada saat masa ujian sudah tiba, teman sekelasku hampir semuanya memilih untuk mencontek dengan melakukan berbagai cara yang berbeda. Ada yang melakukannya dengan membawa catatan kecil, dan ada juga yang menyembunyikan buku pelajaran di bawah meja.
Pada saat aku masih sibuk dengan buku pelajaran yang sedang aku baca, tiba-tiba temanku yang bernama Agni bertanya, “Lan, lo mau nyontek gak? Gue bawa contekan banyak nih,” Agni mengucapkan kalimat tersebut dengan suara yang pelan.
Mendengar tawaran yang sangat menggiurkan seperti itu, tentu aku langsung tertarik untuk menerimanya, sehingga aku menjawab Agni dengan berkata, “Wah, boleh juga tuh.” Kataku sambil mengambil catatan kecil yang diberikan Agni tersebut.
Jujur, pada saat itu aku masih belum sadar akan risiko mencontek yang sudah aku lakukan. Sampai akhirnya, hari dimana pengumuman kenaikan kelas dilakukan sudah tiba, dan aku bersama teman-temanku mulai merasakan ketegangan yang sangat maksimal, karena nilai rapor kami belum diberikan.
Setelah selang beberapa menit kemudian, akhirnya rapot kuterima dari wali kelas, dan betapa kagetnya ketika melihat nilai pelajaran matematika yang kuterima sangat kurang memuaskan atau bahkan kurang dari nilai rata-rata. Meskipun aku dinyatakan naik kelas, tapi hal ini tetap membuatku kecewa.
Setelah kejadian itu, aku tidak pernah berhenti merenung, bagaimana bisa ketika aku mencontek segala jawaban di mata pelajaran tersebut, tapi nilai yang aku dapatkan tetap di bawah rata-rata? Begitu pikirku dulu.
Padahal, nilai mata pelajaran lainnya yang aku kerjakan sendiri berhasil mendapat nilai yang sangat bagus.
Pemikiran ini terus bersarang di pikiranku, sampai akhirnya aku memutuskan untuk menerapkan pola pikir seperti itu di ujian kelas berikutnya. Sesulit apapun soal yang diberikan, aku berusaha dengan keras untuk mengerjakannya sendiri.
Ujian tersebut pun akhirnya sudah selesai, dan sudah waktunya untuk pembagian rapot kembali. Wali kelasku pada saat itu mulai membacakan satu per satu peringkat yang berhasil diraih oleh murid-muridnya.
Sampai akhirnya, tibalah pengumuman tentang siapa yang berhasil meraih peringkat pertama. Pada saat itu, hanya ada 2 nama yang belum dipanggil oleh wali kelas tersebut, dan salah satu dari kedua nama tersebut adalah aku.
Semua siswa, tak terkecuali aku, menunggu nama yang hendak diucapkan oleh wali kelas, dan ternyata “Alan Dwi Saputra” ucap wali kelasku sambil memandangi wajahku dengan penuh rasa bangga.
Tentu aku tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia yang sedang kurasakan saat ini. Pada saat itu, aku langsung berpikir bahwa kejujuran sebenarnya bisa mendatangkan kebahagiaan kepada semua orang yang melakukannya.
Baca: Contoh Cerpen
Contoh Cerpen Pendidikan Berjudul Buah dari Kesabaran
Sejak 3 tahun duduk di bangku sekolah SMA, Dessy selalu menjadi siswi teladan di sekolahnya tersebut. Sampai suatu ketika, semester akhir sudah berada di hadapan Dessy dan teman-teman seangkatannya.
Selama Dessy memasuki masa semester akhirnya di SMA tersebut, Dessy tidak pernah berhenti memikirkan jalan mana yang hendak ditempuhnya untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang hendak dilakukannya tersebut.
Selagi Dessy merasakan kebingungan yang terus melanda dirinya tersebut, Dessy tidak berhenti belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Dessy memutuskan untuk merelakan waktu luangnya yang berharga untuk terus belajar, agar bisa diterima di kampus favoritnya.
Dessy terus belajar dengan giat, sampai akhirnya hari Ujian Nasional yang menjadi ketakutan tersendiri bagi Dessy sudah berakhir. Dessy dan teman-teman lainnya berjalan melewati lorong sekolah untuk menuju ke kelasnya masing-masing.
Setibanya mereka di kelas, ternyata di dalam kelas sudah ada banyak murid lainnya yang sedang menunjukkan raut tegang di wajahnya. Mereka menunggu wali kelas membagikan amplop yang berisikan surat kelulusan tersebut dengan perasaan yang tidak sabar.
Sambil menunggu amplop tersebut berhasil dipegangnya, Dessy memeluk sahabatnya yang bernama Nia. Lalu, beberapa menit kemudian amplop yang sudah ditunggu-tunggu tersebut mulai diterima Dessy. Namun, betapa kagetnya ketika Dessy melihat ada 2 amplop yang diberikan wali kelasnya itu.
Meski begitu, Dessy tetap tidak langsung membukanya, karena teman sekelasnya berniat untuk membuka amplop tersebut secara bersama-sama. Rasa gugup, tegang, dan penuh kekhawatiran menghinggap di pikiran murid-murid.
Ketika amplop dari masing-masing murid sudah dibuka, betapa leganya mereka ketika tahu bahwa semua murid di sekolahnya itu berhasil lulus dengan nilai yang cukup membanggakan.
Pada saat itu, Dessy juga tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Namun, di sela-sela itu Dessy secara diam-diam membuka amplop keduanya.
Dengan tangan yang masih gemetar, Dessy membaca isi amplop keduanya itu, dan ternyata amplop itu berisikan surat keterangan diterimanya dia sebagai penerima beasiswa kuliah di Turki. Impian yang sudah diperjuangkan oleh Dessy ini akhirnya berhasil diterima olehnya.
Pada saat teman-teman sekelasnya mengetahui akan hal itu, Dessy tidak berhenti diberi selamat oleh teman-temannya itu.
Sejak saat itu, Dessy mulai berpikir bahwa kesabaran dapat mendatangkan hasil yang maksimal ketika kita melakukannya tanpa mengeluh sedikitpun dan terus melakukannya dengan segenap hati.
Baca: Contoh Cerpen Persahabatan
Bersikap Baiklah untuk Mendapat Teman
Beberapa tahun yang lalu, ada seorang anak laki-laki yang bernama Andi. Andi adalah salah satu murid paling nakal di sekolahnya, dan dia tidak pernah berhenti mencari masalah di kesehariannya. Dengan kenakalan yang dimilikinya itu, membuat semua guru sudah mengenal Andi dengan sangat baik.
Setiap hari Andi selalu mendapatkan segala jenis hukuman yang disebabkan oleh kelakuannya sendiri. Meski segala jenis hukuman sudah diberikan semua guru kepada Andi, tapi Andi tetap tidak mau untuk berubah. Hal ini semakin membuat banyak guru merasa kesal dan hilang kesabaran.
Kenakalan Andi ini terus berlanjut hingga pada suatu hari ada jadwal untuk upacara bendera, dan Andi dengan sengaja datang terlambat di hari itu. Tentunya kelakuannya ini membuat Andi mendapatkan hukuman baru.
Pak Satrio, yang merupakan guru paling galak dan tegas di sekolahnya, menghukum Andi dengan menyuruhnya berdiri di sisi lapangan sampai upacara bendera tersebut berhasil dilaksanakan. Tidak hanya itu saja, Andi juga menerima hukuman untuk membersihkan toilet di setiap sisi sekolahnya.
Meskipun sebenarnya Pak Satrio juga sudah merasa lelah untuk menghukum Andi, tapi mau tidak mau beliau harus memberikan hukuman tersebut kepada Andi, karena murid itu tidak kunjung berubah ke arah yang lebih baik lagi.
Meski Andi menerima hukuman yang cukup melelahkan seperti itu dari Pak Satrio, tapi dia tidak merasakan perasaan kesal sedikitpun di hatinya. Bahkan, Andi juga tidak merasa malu maupun bersalah terhadap gurunya tersebut.
Justru, jenis kenakalan yang dilakukan Andi ini terus berlanjut sampai akhirnya ada salah satu teman perempuannya yang menangis, karena merasa sudah dijahili dengan Andi. Gara-gara hal itulah akhirnya Andi dibenci oleh teman satu kelasnya.
Tidak ada satu pun murid di kelasnya yang ingin berteman dengan Andi, bahkan sahabatnya yang bernama Faisal pun juga ikut menjauhi Andi.
Kejadian ini akhirnya membuat Andi merasa sadar kalau perbuatannya selama ini sudah sangat parah dan sering membuat banyak orang kesal. Andi merenungi perbuatannya itu selama beberapa hari.
Sejak saat itu, Andi mulai mengubah perilakunya hingga menjadi lebih pendiam. Andi jadi berpikir, bahwa untuk bisa mendapatkan teman yang suportif di lingkungan manapun, dirinya harus bersikap baik terlebih dahulu. Dengan begitu, teman yang baik pun juga akan mendekat ke arahnya.
Baca: Paragraf Narasi
Penyesalan yang Selalu Datang di Akhir
Dewi adalah salah satu murid di SMAN 08 Bogor yang selalu mengisi waktu luangnya dengan bermain bersama teman-temannya. Dewi tidak pernah mau belajar, karena dirinya merasa belajar itu adalah salah satu kegiatan yang tidak ada gunanya.
Setiap hari ujian tiba, Dewi memilih mencontek semua jawaban dari teman satu kelasnya. Karena Dewi sendiri memiliki karakter yang galak dan judes, jadi tidak ada satu orang pun yang berani menegurnya.
Apalagi, Dewi juga memiliki sikap yang bermuka dua, sehingga tidak ada satu guru pun yang mengetahui perilakunya itu.
Setiap pulang sekolah, Dewi pergi ke salah satu pusat perbelanjaan dekat rumahnya, untuk makan di sebuah kafe yang menurutnya nyaman itu. Dewi selalu mengajak teman-temannya kesini, tanpa berniat membayari pesanannya sendiri, dia selalu meminta traktiran dari teman-temannya.
Kejadian seperti ini terus terulang hingga Dewi mulai duduk di bangku kelas 3 SMA. Ketika murid lainnya mulai sibuk memikirkan masa depannya, hendak melanjutkan jenjang pendidikan ke universitas mana, Dewi tetap bersikap seperti biasanya.
Sampai suatu ketika, perilaku Dewi yang seperti itu mulai tercium di kalangan para guru. Hal ini tentu saja membuat Dewi langsung dipanggil ke ruang guru, untuk diberi nasihat yang sepertinya tidak akan mampu mengubah perilaku Dewi tersebut.
Benar saja, setelah Dewi keluar dari ruang guru, dirinya malah menyalahkan guru-gurunya itu karena sudah melarangnya untuk bersikap apa adanya. Dewi tidak pernah sadar bahwa perilakunya itu bisa mengancam kebaikan masa depannya.
Hari demi hari terus terlewati dengan sosok Dewi yang suka menindas teman-temannya yang dianggapnya lemah. Bahkan, tak jarang adik kelasnya pun ikut terkena imbas dari perilaku Dewi yang sangat menyebalkan ini.
Sampai akhirnya masa Ujian Nasional (UN) tiba, dan seperti biasa Dewi hanya mengandalkan kunci jawaban yang telah didapatkannya dari temannya yang dari sekolah lain. Kemudian masa Ujian Nasional (UN) sudah berakhir, dan sudah waktunya untuk pengumuman kelulusan.
Rata-rata semua murid di sekolah itu diterima di universitas favoritnya masing-masing. Namun, tidak berlaku untuk Dewi, meski nilai UN-nya tergolong cukup bagus, tapi dia tidak diterima di semua universitas yang didaftarnya.
Kejadian ini membuat Dewi merasa tidak adil, apalagi ketika dia melihat teman-temannya yang merasa sangat senang telah berhasil masuk ke universitas favoritnya. Setelah kejadian itu, Dewi mulai menjadi lebih diam dan selalu pulang di waktu yang tepat.
Lalu ketika Dewi pulang, dia melihat ibunya yang sedang bersusah payah mengeluarkan motornya dari halaman rumahnya. Melihat hal itu, Dewi langsung membantu ibunya. Kemudian ibunya itu berkata, “Gimana Nak pengumumannya? Ibu dengar Nathan berhasil masuk ke universitas favoritnya,”
Mendengar pertanyaan itu membuat Dewi menangis, dirinya jadi tersadar bahwa perlakuannya selama ini sudah memperburuk masa depannya sendiri. Dewi yang selama ini yakin pasti akan diterima di universitas favoritnya, merasa kecewa dengan hasilnya tersebut.
Apalagi, kakak-kakaknya juga berhasil masuk ke universitas paling terbaik di Indonesia, dan saat ini hanya ada Dewi yang tidak bisa mengikuti jejak kakak-kakaknya itu. Kejadian ini membuat Dewi menyadari atas perlakuan buruknya selama ini.
Contoh cerpen pendidikan yang ada di atas bisa menjadi motivasi tersendiri bagi banyak orang, agar selalu belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Selain itu, beberapa contoh cerpen pendidikan di atas juga bisa membuat Anda termotivasi agar selalu menjaga perilaku di lingkungan sekitar, untuk masa depan yang lebih baik lagi.
The post [Kumpulan] Contoh Cerpen Pendidikan Singkat yang Penuh Makna appeared first on Yuksinau.
Itulah tadi ulasan tentang [Kumpulan] Contoh Cerpen Pendidikan Singkat yang Penuh Makna yang dapat kami sampaikan untuk Sobat pembaca semuanya. Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih karena sudah mengunjungi situs keminjal. blogspot. com dan membaca urian diatas hingga selesai. Semoga apa yang kami sampaikan diatas dapat menambah wawasan kita semuanya, tertama untuk Anda yang memang sedang mencarinya. Ingat untuk selalu bahagia dan sampai jumpa di postingan selanjutnya.
Post a Comment for "√[Kumpulan] Contoh Cerpen Pendidikan Singkat yang Penuh Makna ~ Keminjal"